Islamic Boarding School |
Asrama Kumuh. Hingga hari ini, tidak sedikit orang yang memiliki pikiran dan anggapan bahwa tinggal di asrama berarti tinggal di tempat kumuh. Pikiran dan praduga masyarakat hal ini bukan tidak mendasar, jaman dahulu banyak sekali sekolah islam berasrama yang memiliki kondisi memprihatinkan, terutama mengenai kebersihannya. Padahal, dengan jaman semakin maju, perkembangan asrama pun semakin maju pula. Bila melihat asrama yang ada di SMA Dwiwarna, kesan kumuh justru hanyalah mitos. Boarding School ini memiliki fasilitas yang lengkap dan modern dan mampu memberikan fasilitas yang sama baiknya bagi pendidikan umum, agama hingga ekstrakulikuler.
Tidak Terintegrasi Pendidikan Nasional atau Internasional. Salah satu mitos yang berkembang di pikiran masyarakat ialah sekolah islam berasrama tidak memperhatikan perkembangan keilmuan umum, jika tidak mau disebut menyingkirkan keilmuan dari proses pembelajarannya. Hal ini akan menjadi mitos apabila melihat kurikulum di sekolah islam berasrama seperti SMA Dwiwrna. Kurikulum yang digunakan di sekolah ini memadukan kurikulum agama dengan pendidikan umum yang digagas kementerian pendidikan. Selain itu, untuk kelas internasionalnya memadukan pula kurikulum yang diambil atau bekerja sama dengan salah satu universitas papan atas dunia, Universitas Cambridge.
Tidak Menjadikan Penilaian Lembaga Pendidikan Nasional Sebagai Salah Satu Ukuran. Dalam salah satu tulisan sejarawan besar Indonesia, Kuntowijoyo, menyebutkan bahwa apabila umat islam tidak mau tergerus oleh sejarah, maka sudah seharusnya memikirkan posisinya dihadapan negara yang nasionalistik. Hal ini diaplikasikan SMA Dwiwarna dengan turut menjadikan penilaian lembaga negara ini sebagai salah satu ukuran keberhasilan.
Ketiga poin diatas sejatinya hanya akan menjadi mitos apabila melihat kualitas Islamic Boarding School SMA Dwiwarna.
0 comments :
Post a Comment